Kupikir bukan salahku kalau aku seperti ini. Apa aku salah bila ingin menjadi apa yang ku mau? Selama itu tak menyimpang dari jalan yang benar, kurasa wajar saja. Lagi pula ini masa puberku, masa transisiku, masa dimana aku ingin menjadi diriku seutuhnya.
Aku muak menuruti kata ibu, kalau aku harus memakai baju seperti ini, dandananku harus begini dan kelak kalau mempunyai seseorang yang kusebut 'pacar' dia harus cowok yang begini. Aku bosan dengar kata ayah, kalu aku harus dapat nilai bagus, menduduki 3 besar dikelas kalau perlu juara umun di sekolah dan kalau aku punya cita-cita haruslah cita-cita seperti ini. Aku benci setiap dengar kata kakakku, kalau aku seharusnya begini, jangan berteman dengan dia dan harus begini dan begitu. Dan yang lebih menyebalkan kalau seiap kali adikku itu mengadu segala macam hal pada semua orang, bilang pada ibu kalau aku memakai baju begini, bilang pada ayah kalau aku dapat nilai dibawah tujuh, bilang pada kakak kalau aku begitu. Kenapa hidupku selalu begini dan begitu, banyak perintah ini dan itu?!
***
Hari ini kuputuskan untuk mejadi aku yang sebenarnya!
Kupantang larangan ibu untuk memakai baju layaknya cewek manis dari keluarga yang cukup ternama. Bodoh, nama belakangku hanya sekedar nama! Tak perlu jua aku memikirkan nama itu dan menjujungnya tinggi-tinggi. Dan dengan baju emo yang lagi tren, justru aku menjadi pusat perhatian. Anak muda sepertiku memang sudah seharusnya begini, bukan?! Bukan dengan blus dan rok panjang, kolot sekali pakaian macam itu!
Kulanggar perintah ayah untuk mendapat nilai bagus. Hari ini dengan sangat sengaja dan tanpa penyesalan aku mendapat nilai enam. Ayah bisa apa kalau semuanya sudah terjadi?! Menghapus nilai itu dan mengganti dengan tulaisan tangannya?! Percuma. Lagi pula karena nilai itu aku bisa tahu rasanya dinasehati oleh seorang guru, aku tahu rasanya ditertawakan. Dan aku bangga, bukankah itu berarti au normal?!
Kuabaikan kata kakak untuk tidak berteman dengan orang-orang yang pernah dia sebut satu persatu. Rupanya kakak salah. Mereka baik, tidak seburuk apa yang dia katakan. Mereka memiliki banyak teman, bebas, bisa kemanapun mereka suka. ya, kakak mungkin sudah terlalu cinta dengan gaya hidup layak seorang putri kerajaan yang hanya duduk manis dirumah dan memiliki teman-teman dengan gaun-gaun yang indah. Tapi, itu bukan diriku, maaf, ka!
Kuabaikan kata kakak untuk tidak berteman dengan orang-orang yang pernah dia sebut satu persatu. Rupanya kakak salah. Mereka baik, tidak seburuk apa yang dia katakan. Mereka memiliki banyak teman, bebas, bisa kemanapun mereka suka. ya, kakak mungkin sudah terlalu cinta dengan gaya hidup layak seorang putri kerajaan yang hanya duduk manis dirumah dan memiliki teman-teman dengan gaun-gaun yang indah. Tapi, itu bukan diriku, maaf, ka!
Dan kali ini aku bisa membentak adikku. Sangat menyenangkan ketika melihat wajahnya menjadi ketakutan karena tatapanku. Mungkin jika aku teruskan dia bia menangis pada akhirnya. Sangat menyenangkan sungguh.
***
Tapi kemudian semuanya jadi semakin jauh saja.
Hari naasku pun tiba. Akibat baju hitam-hitam ala emo ini aku disaangka anggota salah satu genk di sebuah mall. Akhirnya pak satpam menuduhku pernah mencuri disana. Sungguh, itu fitnah. Lalu kemudian pak satpam itu menelepon ke rumah, kebetulan ibu yang angkat. Akhirnya ibu jua lah yang menolongku. Datang ke mall itu dan akhirnya kami ke salon. Kembali lah aku kepada gayak princess-ku yang melekat denganku sejak kecil.
Gara-gara nilai-nilai bodohku, aku mengitari lapangan. Untuk beberapa saat memang menyenangkan, lalu kemudian sekejap berubah jadi sangat memaluka, bahkan melelahkan. Tiba-tiba saja aku terjatuh dan tak sanggup bangkit. Pingsan? Sungguh aku tidak tahu apa nama kondisi ini. Aku bisa merasakan tapi tak sanggup membuka mata. Ketika ku sadar akuk sudah terbaring di kamarku dan ayah disana menatapku dengan khawatir.
Dan tentang teman-temanku yang dilarang kakak. Mereka memang tidak buruk, sungguh. Mereka sangat baik, bahkan kadang mereka mentraktirku dan membawaku ke tempat yang menyenangkan. Sampai akhirnya kakakku yang membuka kedok mereka. Lewat rekaman di handphone-nya mereka benar-benar tertangkap basah sedang membicarakan keburukanku dan bahkan bicara tentang hal buruk yang bahkan sama sekali aku tak pernah melakukannya.
Dan tentang teman-temanku yang dilarang kakak. Mereka memang tidak buruk, sungguh. Mereka sangat baik, bahkan kadang mereka mentraktirku dan membawaku ke tempat yang menyenangkan. Sampai akhirnya kakakku yang membuka kedok mereka. Lewat rekaman di handphone-nya mereka benar-benar tertangkap basah sedang membicarakan keburukanku dan bahkan bicara tentang hal buruk yang bahkan sama sekali aku tak pernah melakukannya.
Dan adikku. Tidak ada yang meneleponnya untuk datang dan bahkan dia tidak punya handphone untuk merekam tindakan buruk seseorang terhadapku. Tapi disaat aku menangis menyesali apa yang telah kulakukan, dia yang berada dipelukanku dan menangis. Kali ini bukan karena dia takut akan bentakanku, tapi karena dia sedih melihatku dan airmataku.
***
Dan beberapa saat itu menjadi sebuah pelajaran bagiku. Yah, ini masa puber, masa dimana aku belajar banyak hal. Ternyata dugaanku selama ini tentang 'masa puber' benar-benar salah, sangat salah. Setelah mendapatkan sebuah kartu yang disebut KTP bukan berarti aku terbebas dari keluargaku, dan bahkan kalau aku menikah suatu saat nanti.Bagaimana kalau tiba-tiba aku sakit? Bagaimana kalau tiba-tiba aku terdesak? Pasti keluargaku lah yang jadi orang pertama membantuku, bukan?
Satu pelajaran yang sangat berharga untukku, untuk mendengarkan apa kata mereka, karena aku tak banyak tau banyak hal, bahkan kadang aku terlalu bodoh untuk paham kondisi yang sedang kualami.
Satu pelajaran yang sangat berharga untukku, untuk mendengarkan apa kata mereka, karena aku tak banyak tau banyak hal, bahkan kadang aku terlalu bodoh untuk paham kondisi yang sedang kualami.
tapi lain kali aku mau membangkang lagi, aku mau salah lagi. Karena dengan begitu aku benar-enar pahan dan tahu kalau mereka memang benar. :)
Komentar
Posting Komentar