Aku kalut, saat itu keadaan diluar kendaliku.
Mungkin saat itu aku hanya merasa kasihan padamu atas semua ceritamu,
tentang kekasihmu yang teramat sibuk. Dan kau yang selalu datang padaku,
menemani hari-hariku, menjadi sebuah santapan rutin bagiku... yang setiap hari
harus ku konsumsi. Karena jika tidak aku merasa sepi. Sangat sepi sekali.
Dan kau membuatku berharap lebih, dengan membawa seribu warna cerah,
menyenandungkan berjuta puisi indah dan lagu-lagu tentang cinta. Bagaimana aku
bisa lari darimu? Dari berpilin-pilin rayuan manis bibirmu, dimanjakan olehmu
dan cokelat-cokelat manis kirimanmu. Bagaimana bisa aku menolak semua itu,
disaat aku benar-benar membuthkannya..., membutuhkanmu.
Seorang gadis datang padaku, menangis dihadapanku. Dia memohon agar aku
tidak mengganggumu dan berhenti mendekatimu. Apa selama ini kau merasa
terganggu dengan kehadiranku? Dan bukankah kau yang selalu mendekatiku saat
itu.
Dan kau mulai berkelit lagi seribu janji, memohon aku untuk tetap tinggal
dihatiku. Karena kelak kau akan meninggalkannya, katamu. Aku yang membuat kau
bahagia, kau bilang kedahiranku yang menjadikan hidupmu penuh tawa. Aku ingat
itu, dan bangga saat kau berkata seperti itu, aku merasa bermakna.
Tapi sampai kapan aku sanggup bertahan pada sepotong hati, tanpa tau kapan
menjadi utuh. Hanya percaya pada sebuah janji yang tak pernah (atau mungkin tak
akan) kau tepati.
Itu, sayang! Itu yang membuatku bermain drama dengan penuh emosi. Itu yang
membuat aku lupa bagaimana mencintai secara sehat, membuat aku lupa dimana
kuletakan akalku. Tiba-tiba saja aku menjadi sangat menyebalkan, mengaturmu
seenakku, melarangmu berbuat ini dan itu, bahkan mengancammu dengan berbagai
alasan gilaku. Aku lupa, kau adalah seorang pria yang sedang tumbuh dewasa. Tak
seharusnya aku mengotoriterimu, tak seharusnya aku memberikan kau berjuta
aturan rumit seolah kau bocah TK, tak seharusnya kau aku ikat begitu erat.
Maafkan aku...
Dan aku mencoba menghibur diriku sendiri. Mungkin kau hanyalah sebuah
intermezo yang akan segera lenyap ditelan waktu. Aku akan bertemu dengan banyak
orang, dan menemukan seseorang suatu saat nanti. Mungkin ini adalah sebuah
karma bagi kita. Kita yang dulu pernah kehilangan seseorang dengan cara seperti
ini. Mungkin dunia hanya ingin kita merasakan bagaimana jika memang posisi itu
bertukar. Ternyata kita melakukannya dengan buruk.
Tapi tidak!! Bagaimana sebuah intermezo bertahan selama ini. Terlalu lama
untuk sebuah cuplikan. Mengapa membekas begitu dalam. Dan bagaimana jika dunia
mempertemukan kita memang karena dunia menginginkan kita bersama. Aku selalu
gagal menghibur diriku...
Dan kau kini pergi dengan gadis lain. Bukan, bukan gadis yang menjadi
kekasihmu saat itu. Dia sudah kau kecewakan berjuta kali dan meninggalkanmu.
Tapi gadis lain lagi, yang kurasa tak lebih cantik dariku. Entah permainanmu
yang mana lagi yang membuatnya percaya padamu. Aku muak dengan semua itu, namun
aku rindu...
Dan separuh hatiku tertinggal dalam genggammu. Tanpa pernah kau kembalikan
padaku, bahkan memperlihatkannya saja tidak pernah. Kau menggenggamnya erat dan
membuatnya remuk. Melenyapkan dalam sekejap dan membiarkan noda dan lukanya
tertinggal dalam genggammu. Memperlihatkan kebahagiaanmu saat ini pada luka
itu.
Dan aku tak berdaya, sampai detik ini pun aku tak bisa mencintai siapapun
lagi selain kamu. Walau kau semu, aku merindukanmu. Aku tidak pernah marah
padamu, aku kenal siapa kamu.
Kembalikan hatiku, kembalikan cintaku. Atau kau, kembalilah padaku.
Kuharap kau bukan sebuah intermezo
bagiku...
Komentar
Posting Komentar