Langsung ke konten utama

Wattpad

INTERMEZO



Aku kalut, saat itu keadaan diluar kendaliku.

Mungkin saat itu aku hanya merasa kasihan padamu atas semua ceritamu, tentang kekasihmu yang teramat sibuk. Dan kau yang selalu datang padaku, menemani hari-hariku, menjadi sebuah santapan rutin bagiku... yang setiap hari harus ku konsumsi. Karena jika tidak aku merasa sepi. Sangat sepi sekali.

Dan kau membuatku berharap lebih, dengan membawa seribu warna cerah, menyenandungkan berjuta puisi indah dan lagu-lagu tentang cinta. Bagaimana aku bisa lari darimu? Dari berpilin-pilin rayuan manis bibirmu, dimanjakan olehmu dan cokelat-cokelat manis kirimanmu. Bagaimana bisa aku menolak semua itu, disaat aku benar-benar membuthkannya..., membutuhkanmu.

Seorang gadis datang padaku, menangis dihadapanku. Dia memohon agar aku tidak mengganggumu dan berhenti mendekatimu. Apa selama ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku? Dan bukankah kau yang selalu mendekatiku saat itu.

Dan kau mulai berkelit lagi seribu janji, memohon aku untuk tetap tinggal dihatiku. Karena kelak kau akan meninggalkannya, katamu. Aku yang membuat kau bahagia, kau bilang kedahiranku yang menjadikan hidupmu penuh tawa. Aku ingat itu, dan bangga saat kau berkata seperti itu, aku merasa bermakna.

Tapi sampai kapan aku sanggup bertahan pada sepotong hati, tanpa tau kapan menjadi utuh. Hanya percaya pada sebuah janji yang tak pernah (atau mungkin tak akan) kau tepati.

Itu, sayang! Itu yang membuatku bermain drama dengan penuh emosi. Itu yang membuat aku lupa bagaimana mencintai secara sehat, membuat aku lupa dimana kuletakan akalku. Tiba-tiba saja aku menjadi sangat menyebalkan, mengaturmu seenakku, melarangmu berbuat ini dan itu, bahkan mengancammu dengan berbagai alasan gilaku. Aku lupa, kau adalah seorang pria yang sedang tumbuh dewasa. Tak seharusnya aku mengotoriterimu, tak seharusnya aku memberikan kau berjuta aturan rumit seolah kau bocah TK, tak seharusnya kau aku ikat begitu erat. Maafkan aku...

Dan aku mencoba menghibur diriku sendiri. Mungkin kau hanyalah sebuah intermezo yang akan segera lenyap ditelan waktu. Aku akan bertemu dengan banyak orang, dan menemukan seseorang suatu saat nanti. Mungkin ini adalah sebuah karma bagi kita. Kita yang dulu pernah kehilangan seseorang dengan cara seperti ini. Mungkin dunia hanya ingin kita merasakan bagaimana jika memang posisi itu bertukar. Ternyata kita melakukannya dengan buruk.

Tapi tidak!! Bagaimana sebuah intermezo bertahan selama ini. Terlalu lama untuk sebuah cuplikan. Mengapa membekas begitu dalam. Dan bagaimana jika dunia mempertemukan kita memang karena dunia menginginkan kita bersama. Aku selalu gagal menghibur diriku...

Dan kau kini pergi dengan gadis lain. Bukan, bukan gadis yang menjadi kekasihmu saat itu. Dia sudah kau kecewakan berjuta kali dan meninggalkanmu. Tapi gadis lain lagi, yang kurasa tak lebih cantik dariku. Entah permainanmu yang mana lagi yang membuatnya percaya padamu. Aku muak dengan semua itu, namun aku rindu...

Dan separuh hatiku tertinggal dalam genggammu. Tanpa pernah kau kembalikan padaku, bahkan memperlihatkannya saja tidak pernah. Kau menggenggamnya erat dan membuatnya remuk. Melenyapkan dalam sekejap dan membiarkan noda dan lukanya tertinggal dalam genggammu. Memperlihatkan kebahagiaanmu saat ini pada luka itu.

Dan aku tak berdaya, sampai detik ini pun aku tak bisa mencintai siapapun lagi selain kamu. Walau kau semu, aku merindukanmu. Aku tidak pernah marah padamu, aku kenal siapa kamu.

Kembalikan hatiku, kembalikan cintaku. Atau kau, kembalilah padaku.

Kuharap kau bukan sebuah intermezo bagiku...

Komentar

Sedang Populer

Ketika...

Ketika aku harus pergi.... Langkahku kaku, tulangku beku. Terpaku dalam sebuah lagu, ragu. Pekat dan kelabu, semua mengoyak batinku. Ingin kuubah kosong menjadi isi, tapi wadah berlubang terlalu besar. Ingin aku terus bernyanyi, namun hati tak boleh ingkar. Ketika aku harus melangkah.... Semua terasa pilu sudah. Haruskah aku mengalah? Tapi aku tak ingin menyerah! Ini awal, sayang bukan akhir dari segalanya. Biar kita menderita, sejenak saja. Lalu bahagia untuk selamanya. Ketika kamu tak rela jua.... Menangislah, sayang! Menangislah dalam lambaian. Ucapkan selamat jalan, diguyur hujan. Semua memang terlalu cepat, dan terasa sangat berat. Pejamkan matamu, dan bermimpilah! Aku akan hadir tanpa satupun pengganggu. Ketika kamu mulai menerima.... Bukalah matamu, sambut harimu dan berbahagialah. Seperti sedia kala. Aku akan segera hadir disisimu, pasti! Semua akan terasa singkat, seperti se

Sweater Hijau Kakakku

Introducing Me   Aku Zie, gadis tujuh tahun yang telah merasakan menjadi seorang tahanan. Bukan Tahanan sungguhan, karena aku anak baik-baik yang melakukan hal-hal baik dan dituntut agar selalu mematuhi peraturan.   Ayahku adalah jenderal besar kemiliteran Angkatan Darat di negaraku yang menjunjung tinggi hukum tapi selalu dihujani dengan berita pelanggaran hukum setiap harinya. Ayah adalah orang baik. Tapi kenapa pria baik seperti Ayah memiliki banyak musuh?   Dulu Ibu pernah bilang, kalau aku harus dijaga setiap saat. Kemudian, hidupku semakin tak bebas saat itu. Aku selalu dikawal oleh dua orang bawahan Ayah. Ayah memanggil mereka dengan sebutan Sersan Adi dan Sersan Indra. Rasanya seperti tahanan, setiap saat dalam pengawasan.   Sedangkan kakak sulungku, Arya, tinggal di New York sejak usianya enam tahun dan sudah tujuh tahun Abang tinggal disana bersama Opa dan Oma. Abang pergi saat usiaku satu tahun dan aku hampir lupa wajah Abang. Hanya sesekali Abang pulang saat libu