Langsung ke konten utama

Wattpad

My Best Friend Forever

              Cinta terus menghiasi dunia, bahkan dunia selalu bergantung padanya. Dengan secercah ikatan yang tak tercantum dalam logika. Ikatan dengan banyak pengertian, penyatuan dari beberapa makna yang terdalam yang tak terhempaskan oleh tangan-tangan liar yang hendak menjerumuskan kedalam jurang-jurang kematian yang paling dalam.
Ketika cinta mengumandangkan kebersamaan, aku tidak memilih kaum Adam. Karena cinta tak sepenuhnya harus memiliki mahkota yang berbeda, Lebih dari itupun cinta bukan sekedaar penyatuan dari beberapa perbedaan. Aku lebih memilih ikatan yang melebihi semua itu, ikatan yang selalu memancarkan cahaya bintang dan beribu warna dengan berjuta makna yang terkais didalamnya.
Kuulurkan tangan untuk meraihnya. Dialah sahabatku yang kerap kali menyinari hari-hari dengan sekelumit cahaya bintang-bintang dalam bola mata yang berbinar, dengan sekelumit senyuman yang membuat dunia tertawa, bahkan dialah pelita yang terus sinari dalam dekapan hening malam yang pekat.
Sahabatku yang baik hati, hiasan dalam sekelumit senyuman dalam wajah yang merona, malu…. Tak terlukis suatu ketika kami ukir syair cinta dalam lembaran-lembaran angin malam yang selalu saja menjadi alasan kerinduan. Kini, syair cinta telah menjadi bait-bait indah yang menggema dalam pemikiran, yang menjadi penawar bagi hati yang galau.
Tak satupun menyadari akan dirinya, tentang hidupnya yang mendera derita, tentang kisahnya yang malang…, kecuali aku. Dengan keyakinan dan ketabahan yang mempertahankan segenap senyuman dalam dekapan malam, Malam yang turut menemani dalam kegalauan dan aku tak selalu hadir untuk mendampingi. Kutitip salam melintasi bintang dilangit yang paling terang, semoga mampu sampai pada sang mawar yang sempat mengharumi hidupku.
Dengan niat dan berjuta hasrat kuukirkan berjuta kata yang kan menghiasi mimpi-mimpi indah dengan seseorang yang selalu setia dan melindungi. Kebersamaan dengan indahnya terus terjadi dan liku-liku akan jebakan-jebakan yang menggoda mengikuti, dapat menjerumuskan dalam kebencian yang tak terlupakan. Dan persahabatan telah menjerit,
“Tak sepantasnya kalian mengaku akan keberadaanku dalam ikatan kalian, bila akhirnya kalian jua hilang bersama kebencian!”
Dan bukan kami yang melakukan, ikatan kami selalu indah dengan taburan bintang pada malam-malam kelam, hiasan cinta yang terus terpajang dalam tembok persahabatan.
***
Waktu telah membuktikan bahwa sahabat terbaikku akan berlalu dengan segala senyumannya, menepikan kilauan cahaya dengan kekakuannya.  Janji suci menyeruak hingga keseluruh sudut, dengan segenap kesetiaan yang tak akan luntur dan noda tak menggairahkan, bahkan kau akan tetap sahabat terbaikku selamanya. Dengan bintang-bintang yang menjadi sebuah pelita, Kata-kata cinta yang terus menggema, menyelimuti dunia dengan segenap warna, dan berjuta makna yang menyelubunginya dengan kata-kata mesra.
“Pertemuan tak ada yang abadi, perpisahan pun begitu adanya.”
Aku percaya dengan bait-bait hitam diatas putih itu yang berlandaskan atas nama persahabatan,. Dan bahkan aku harus mempercayainya, paling tidak untuk sekedar menentramkan jiwa yang selalu dibisiki oleh kata-kata berbisa yang tak habis-habisnya menggoda. Ah, percuma saja… aku sudah kebal dengan kata-kata beracun yang tergelincir dari bibir-bibir liar yang terus menjerumuskan dengan hasil nihil, mengerjakan sesuatu tanpa hasil, terlebih untuk menjerumuskan manusia, menyedihkan. Percuma hidup didunia jika sesungguhnya mengerjakan hal tercela.
Datang padaku atas nama persahabatan yang senantiasa menyinari masa-masa kelam yang telah berlalu dengan berjuta perasaan yang selalu merajut nadi yang mengalir dalam darah, bahkan terus terkenang dalam ingatan. Mata bening mengibaratkan cahaya bintang dan kata-kata manis perangkai mimpi indah senantiasa mengukir senyum dalam dekapan luka lama yang kelam dan terpendam.
***
Aku berjalan sungguh dalam kegalauan dunia. Perjalanan panjang tanpa batas, menyerahkan diri pada yang kuasa dengan bekal harap dan do’a serta seberkas semangat yang membara, membakar jiwa-jiwa liar yang menghadang, bahkan penat sekalipun tak membuatku lupa akan dirinya yang bersemayam dalam hati berhiaskan mawar-mawar kuning semerbak mewangi.dialah yang kucari selama ini, Hawa yang selau dalam hati seorang Hawa lainnya sebagai sahabat terbaik, bahkan tidak menomor satukan seorang Adam. Hanya satu tujuan untamaku, mencari sahabat terbaikku yang lama telah hilang.
Berselang beberapa waktu kedepan. Pencaharian dari sekian banyak perjalanan, mendayung sampan, menyambung titik demi titik hingga menjadi garis jejakku untuk segera kau temui. Ingin sekali rasanya sahabat terbaikku hadir mulai sejak kini
Terakhir dari sekian pencaharian untuk menemukan bintang-bintang dengan berjuta warna, kelusuhan jiwaku dengan ikhlas menyuguhkan warna lain dari dunia.
Waktu berlalu dengan singkatnya, tanpa satupun ada amanat yang kudapat. Hanya satu, dari kejauhan mata memandang,
“Ia datang unutuk menepati janji, janji suci yang kami ucap bersama. Bahkan bintanglah yang menjadi saksi bisu baginya.”
“We are the best friend forever”

Komentar

Sedang Populer

Ketika...

Ketika aku harus pergi.... Langkahku kaku, tulangku beku. Terpaku dalam sebuah lagu, ragu. Pekat dan kelabu, semua mengoyak batinku. Ingin kuubah kosong menjadi isi, tapi wadah berlubang terlalu besar. Ingin aku terus bernyanyi, namun hati tak boleh ingkar. Ketika aku harus melangkah.... Semua terasa pilu sudah. Haruskah aku mengalah? Tapi aku tak ingin menyerah! Ini awal, sayang bukan akhir dari segalanya. Biar kita menderita, sejenak saja. Lalu bahagia untuk selamanya. Ketika kamu tak rela jua.... Menangislah, sayang! Menangislah dalam lambaian. Ucapkan selamat jalan, diguyur hujan. Semua memang terlalu cepat, dan terasa sangat berat. Pejamkan matamu, dan bermimpilah! Aku akan hadir tanpa satupun pengganggu. Ketika kamu mulai menerima.... Bukalah matamu, sambut harimu dan berbahagialah. Seperti sedia kala. Aku akan segera hadir disisimu, pasti! Semua akan terasa singkat, seperti se

Sweater Hijau Kakakku

Introducing Me   Aku Zie, gadis tujuh tahun yang telah merasakan menjadi seorang tahanan. Bukan Tahanan sungguhan, karena aku anak baik-baik yang melakukan hal-hal baik dan dituntut agar selalu mematuhi peraturan.   Ayahku adalah jenderal besar kemiliteran Angkatan Darat di negaraku yang menjunjung tinggi hukum tapi selalu dihujani dengan berita pelanggaran hukum setiap harinya. Ayah adalah orang baik. Tapi kenapa pria baik seperti Ayah memiliki banyak musuh?   Dulu Ibu pernah bilang, kalau aku harus dijaga setiap saat. Kemudian, hidupku semakin tak bebas saat itu. Aku selalu dikawal oleh dua orang bawahan Ayah. Ayah memanggil mereka dengan sebutan Sersan Adi dan Sersan Indra. Rasanya seperti tahanan, setiap saat dalam pengawasan.   Sedangkan kakak sulungku, Arya, tinggal di New York sejak usianya enam tahun dan sudah tujuh tahun Abang tinggal disana bersama Opa dan Oma. Abang pergi saat usiaku satu tahun dan aku hampir lupa wajah Abang. Hanya sesekali Abang pulang saat libu

INTERMEZO

Aku kalut, saat itu keadaan diluar kendaliku. Mungkin saat itu aku hanya merasa kasihan padamu atas semua ceritamu, tentang kekasihmu yang teramat sibuk. Dan kau yang selalu datang padaku, menemani hari-hariku, menjadi sebuah santapan rutin bagiku... yang setiap hari harus ku konsumsi. Karena jika tidak aku merasa sepi. Sangat sepi sekali. Dan kau membuatku berharap lebih, dengan membawa seribu warna cerah, menyenandungkan berjuta puisi indah dan lagu-lagu tentang cinta. Bagaimana aku bisa lari darimu? Dari berpilin-pilin rayuan manis bibirmu, dimanjakan olehmu dan cokelat-cokelat manis kirimanmu. Bagaimana bisa aku menolak semua itu, disaat aku benar-benar membuthkannya..., membutuhkanmu. Seorang gadis datang padaku, menangis dihadapanku. Dia memohon agar aku tidak mengganggumu dan berhenti mendekatimu. Apa selama ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku? Dan bukankah kau yang selalu mendekatiku saat itu. Dan kau mulai berkelit lagi seribu janji, memohon aku untuk