Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2011

Wattpad

Just Want You Know

Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan membiarkan diriku menunggu untuk sekian lama. Bayangkan, kau bilang 4 tahun. Itu bukanlah waktu yang singkat. Itu cukup untuk aku mendapatkan penggantimu bahkan melupakanmu. Jadi kuharap kau siapkan mentalmu untuk 4 tahun itu. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada diriku 4 tahun kedepan, juga dirimu. "Too much things suck us!" Stop mengulangi kalimat itu. Aku benar-benar paham, aku benar-benar mengerti. I see and i really understand. Terlalu banyak perbedaan untuk dapat dipersatukan. Tapi percayalah, 'jodoh di tangan Tuhan,' setidaknya itu yang banyak pemuka agamaku katakan, entah dengan agamamu. Mengakulah, that you are too bad for me, karena benakku berkata begitu. Tapi entah sampai detik ini pun kau yang aku sayang, yang aku sebut sebagai seorang kekasih. Girlfriend, begitulah negaramu akan menyebut aku. Meskipun sudah berakhir aku tetap menganggapmu seperti itu. Kau juga kan? "Honey," kalau kau terus mem

Dengar Kata Mereka

Kupikir bukan salahku kalau aku seperti ini. Apa aku salah bila ingin menjadi apa yang ku mau? Selama itu tak menyimpang dari jalan yang benar, kurasa wajar saja. Lagi pula ini masa puberku, masa transisiku, masa dimana aku ingin menjadi diriku seutuhnya. Aku muak menuruti kata ibu, kalau aku harus memakai baju seperti ini, dandananku harus begini dan kelak kalau mempunyai seseorang yang kusebut 'pacar' dia harus cowok yang begini. Aku bosan dengar kata ayah, kalu aku harus dapat nilai bagus, menduduki 3 besar dikelas kalau perlu juara umun di sekolah dan kalau aku punya cita-cita haruslah cita-cita seperti ini. Aku benci setiap dengar kata kakakku, kalau aku seharusnya begini, jangan berteman dengan dia dan harus begini dan begitu. Dan yang lebih menyebalkan kalau seiap kali adikku itu mengadu segala macam hal pada semua orang, bilang pada ibu kalau aku memakai baju begini, bilang pada ayah kalau aku dapat nilai dibawah tujuh, bilang pada kakak kalau aku begitu. Kenapa hi

Dia

Aku menemukannya disudut jalan. Gelap, dingin dan kesepian. Matanya yang bening menatapku tajam seolah berkata, 'Tolong bawa aku dari sini.' Lalu kubawa dia dalam gendongku. Tubuhnya nyaris beku..., dingin dan bibirnya bergetar. Kadang dia menggeliat disana, mencuri pandang dengan tatapan yang lebih cemerlang.             Dirinya kubawa pulang, kutempatkan di tempat yang paling nyaman…, kamarku. Semoga kau senang. ***             Pagi-pagi dia terbangun dengan senyuman gemilang, lalu kupeluk dirinya penuh kehangatan. Kehangatan, itulah yang dia butuhkan dan seorang teman. Tapi itu semua tak lama bertahan. Maaf, aku harus pergi pagi-pagi sekali. Rutinitas sehari-hari tak bisa dihindari.             Minggu-minggu pertama dia tidak bisa mengerti, belum terbiasa mungkin. Dia mengejarku sampai halaman. Matanya terus memandang langkahku yang seiring menjauh, mungkin dia ingin berkata, 'Jangan pergi! Tolong jangan biarkan aku sendiri lagi.' Namun kakiku harus terus

Cinta Pertamamu

"Aku nggak suka Eran, kenapa?" tukasku.            "Nggak apa-apa. Cuma tanya. Kamu kok sensi banget, Zie," Intan menatapku curiga. "Jangan-jangan beneran suka, ya?" goda Intan.             "Ih, apaan sih!" aku meninggalkannya.             "Loh, kok ngambek!!" teriaknya.             Sebenarnya aku memang suka Eran, tapi nggak sedikitpun niat untuk jadi pacarnya. Karena aku tahu Eran sudah punya pacar. Aku pernah lihat Eran bonceng seorang cewek berseragam SPM beberapa hari lalu. Kecewa? Tentu nggak. Suka itu bukan berarti cinta, lagi pula cinta pun tak harus memiliki. ***             "Zie, aku boleh minta tolong?"             Aku menoleh, "Kenapa?"             "Kimia yang tadi, aku kurang ngerti deh," Eran menyodorkan buku catatannya. "Bisa, kan? Tolong jelasin, ya?" Dengan senang hati aku membantunya, menghabiskan waktu istirahat dengan belajar bersama Eran adalah hal yang me

Chezzy, Sahabat Itu Ada

            Kata Pak Aris aku akan terlibat dalam pertukaran pelajar dengan sekolah internasional di Bali. Semuanya akan dimulai minggu depan dan aku akan tinggal di Bali selama satu semester.             Mataku berpaling sejenak, memandang Pak Aris yang menjelaskan serentet teori dengan white board penuh rumus. Kemudian kutatap lagi buku kuning dipangkuanku. Benarkah pertukaran pelajar itu selalu keren dan berkelas? Kurasa tidak. Pertukaran pelajar ini terasa ganjil. Bagiku semua ini tak lebih dari sekedar strategi.             "Chezzy, apa yang dimaksud dengan koligatif?" Segera kututup buku kuning di pangkuanku dan menyembunyikannya di laci meja.             "Koligatif adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada zat terlarut, tetapi hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan tersebut," jawabku setengah terkejut. Rumus-rumus di white board tidak dapat kulihat lagi karena Pak Aris sudah tepat menghalangi pandanganku. Dia ta