Langsung ke konten utama

Wattpad

Aku, Kamu dan Senyum Itu

"Pokoknya kamu nggak boleh ninggalin aku!!"

"Kita udah nggak ada kecocokan. Apalagi yang kamu harapkan?"

"Masih bisa diperbaiki..,"

"Setelah berjuta maaf yang pernah kau dendangkan?"

"Maaf atas segala maafku..., maaf aku yang selalu gagal membuatmu bahagia...." Zie menghela napas sejenak, "Ya, aku memang terlalu bodoh untuk pria sepandai kamu. Ya, aku terlalu jelek untuk pria setampan kamu. Ya, aku terlalu buruk untuk pria sebaik kamu...."

"STOP!!"

"Tapi aku nggak akan berhenti sampai disini!!"

"Semuanya harus berhenti disini...." Kemudian dia pun pergi meninggalkan Zie sendiri.

Sekarang bukan pipinya saja yang basah, perlahan tubuhnya pun basah disiram gerimis. Lalu ia berteduh di box telepon umum. Dimasukkannya beberapa koin dan ditekannya beberapa nomor,

"Hallo, kamu udah sampai rmah kan? Kamu nggak kehujanan kan?" ucapnya menggigil.

"Buat apa lagi kamu telepon? Buat apa lagi kamu peduli?" Jawab pria di telepon kemudian terputus.

******

"Aku nggak bisa hidup tanpa kamu..."

"Kamu bisa! Lihat mereka!" Dia menunjuk ke sekelompok pria yang sedang bermain gitar, "Masih banyak pria di dunia ini, kamu masih bisa bahagia walau tanpa aku, kamu masih punya banyak harapan. Pergilah!"

"Aku nggak bisa bahagia tanpa kamu!!
Apa kamu akan lebih bahagia tanpa aku??" Nadanya menurun.

"Ya!! Aku akan bahagia tanpa kamu!!!" Ucapnya keras dan berlalu.

Sejenak Zie terbatu disana dan memutuskan untuk pergi.

******

Pagi itu, Zie melihatnya dengan gadis lain..., gadis yang lebih cantik darinya. Dia hanya menatap dari kejauhan, menguatkan hati. Kemudian ada sekelumit senyum yanng tersungging dibibirnya.

"Ternyata kamu benar-benar bahagia. Berbahagialah kalian....
Tapi aku nggak akan berhenti sampai disini. Aku akan mengambil kembali bahagiaku itu,"

*****

Komentar

Sedang Populer

Ketika...

Ketika aku harus pergi.... Langkahku kaku, tulangku beku. Terpaku dalam sebuah lagu, ragu. Pekat dan kelabu, semua mengoyak batinku. Ingin kuubah kosong menjadi isi, tapi wadah berlubang terlalu besar. Ingin aku terus bernyanyi, namun hati tak boleh ingkar. Ketika aku harus melangkah.... Semua terasa pilu sudah. Haruskah aku mengalah? Tapi aku tak ingin menyerah! Ini awal, sayang bukan akhir dari segalanya. Biar kita menderita, sejenak saja. Lalu bahagia untuk selamanya. Ketika kamu tak rela jua.... Menangislah, sayang! Menangislah dalam lambaian. Ucapkan selamat jalan, diguyur hujan. Semua memang terlalu cepat, dan terasa sangat berat. Pejamkan matamu, dan bermimpilah! Aku akan hadir tanpa satupun pengganggu. Ketika kamu mulai menerima.... Bukalah matamu, sambut harimu dan berbahagialah. Seperti sedia kala. Aku akan segera hadir disisimu, pasti! Semua akan terasa singkat, seperti se

Sweater Hijau Kakakku

Introducing Me   Aku Zie, gadis tujuh tahun yang telah merasakan menjadi seorang tahanan. Bukan Tahanan sungguhan, karena aku anak baik-baik yang melakukan hal-hal baik dan dituntut agar selalu mematuhi peraturan.   Ayahku adalah jenderal besar kemiliteran Angkatan Darat di negaraku yang menjunjung tinggi hukum tapi selalu dihujani dengan berita pelanggaran hukum setiap harinya. Ayah adalah orang baik. Tapi kenapa pria baik seperti Ayah memiliki banyak musuh?   Dulu Ibu pernah bilang, kalau aku harus dijaga setiap saat. Kemudian, hidupku semakin tak bebas saat itu. Aku selalu dikawal oleh dua orang bawahan Ayah. Ayah memanggil mereka dengan sebutan Sersan Adi dan Sersan Indra. Rasanya seperti tahanan, setiap saat dalam pengawasan.   Sedangkan kakak sulungku, Arya, tinggal di New York sejak usianya enam tahun dan sudah tujuh tahun Abang tinggal disana bersama Opa dan Oma. Abang pergi saat usiaku satu tahun dan aku hampir lupa wajah Abang. Hanya sesekali Abang pulang saat libu

INTERMEZO

Aku kalut, saat itu keadaan diluar kendaliku. Mungkin saat itu aku hanya merasa kasihan padamu atas semua ceritamu, tentang kekasihmu yang teramat sibuk. Dan kau yang selalu datang padaku, menemani hari-hariku, menjadi sebuah santapan rutin bagiku... yang setiap hari harus ku konsumsi. Karena jika tidak aku merasa sepi. Sangat sepi sekali. Dan kau membuatku berharap lebih, dengan membawa seribu warna cerah, menyenandungkan berjuta puisi indah dan lagu-lagu tentang cinta. Bagaimana aku bisa lari darimu? Dari berpilin-pilin rayuan manis bibirmu, dimanjakan olehmu dan cokelat-cokelat manis kirimanmu. Bagaimana bisa aku menolak semua itu, disaat aku benar-benar membuthkannya..., membutuhkanmu. Seorang gadis datang padaku, menangis dihadapanku. Dia memohon agar aku tidak mengganggumu dan berhenti mendekatimu. Apa selama ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku? Dan bukankah kau yang selalu mendekatiku saat itu. Dan kau mulai berkelit lagi seribu janji, memohon aku untuk