Langsung ke konten utama

Wattpad

Sabar dan Sadar

Sabar dan sadar, hal yang semula sangat sulit aku lakukan. Aku yang tak pernah mau menunggu dan egois ini akhirnya mampu luluh olehmu. Mencoba hal baru yang bernama sabar dan sadar. Seribu kata salut pun tak cukup untukmu karena mampu membuatku seperti ini, mengubahku dengan sekejap.

Dear kamu yang mengajarkanku banyak hal,
Apa kamu pernah rasakan menunggu sangat lama dan pada akhirnya tak mendapatkan hasil apa-apa? Apa kamu pernah berada diposisi serba salah?  Apa kamu tau rasanya saat kamu membutuhkan seseorang disisimu, saat kamu membutuhkan pelukan dan bahu untukmu bersandar saat kamu merasa gundah dan bimbang, seseorang yang kamu harap bisa mengerti keadaan kamu, seseorang yang kamu harap menjawab "Ya" dan menyetujui apa yang kamu katakan sekalipun itu salah. Tapi seseorang itu malah asik dengan orang lain?! Kadang aku ingin mengikutimu, menyusulmu meski aku tau kamu bersamanya. Tapi aku tidak mau bertindak bodoh untuk yang kesekian kali. Kalau aku memaksa maka hadiah yang aku dapatkan adalah kehilanganmu. Dan aku tak inginkan itu. Makanya aku selalu mencoba sabar. Walau batin aku tertekan karena kesepian, dan karena kamu bersama dia. Aku akan terus bertahan, aku akan terus sabar.
Aku tak bisa menyalahkanmu, karena ini memang bukan salahmu. Salahku karena telah memilihmu, karena aku yang mau untuk menjadi prioritas kedua-mu. Kamu memang sudah sewajarnya bersama dia. Dia yang kamu cintai sebelum aku. Aku sadar dan aku akan berhenti untuk egois. Sangat sadar dan mengerti posisi ini.
Kamu tau? Saat kamu bilang aku tak perlu mencoba untuk sabar..., saat itu, aku mencoba untuk semakin sabar.
Kamu tau? Saat kamu "berbisik" denganku ketika kamu dengannya..., aku merasa sangat sedih. aku merasa sangat jahat, aku merasa sangat bersalah. Karena jika aku diposisi dirinya dan mengetahui kalau ternyata kamu "berbisik" denganku, aku akan kecewa.
Tapi kadang sedihku bukan hanya karena itu. Kadang aku merasa sangat kesepian, merasa sendiri di keramaian. Kadang seberapapun banyaknya orang di sekelilingku, aku tak bisa merasakannya, mereka tak mampu menghapus rasa sepiku. Kadang aku sangat sedih saat aku tau kamu bersamanya padahal saat itu aku lebih membutuhkanmu.
Kamu tau? Saat kamu datang tiba-tiba hanya untuk menemuiku, hanya untuk menghargaiku, untuk meyakinkanku kalau kamu juga punya rasa yang sama terhadapku. Apa kamu tau? Aku sangat bangga saat itu, aku sangat bahagia. Ya, aku percaya kamu tak main-main denganku. Karena kamu sediakan waktumu untukku walau harus sembunyi-sembunyi.
Kamu tau? Kadang aku merasa beruntung dibanding dia. Dia yang hanya mendapatkan waktu senggangmu. Dan aku bisa mendapatkan waktu sibukmu. Kamu bisa bersama siapa saja di waktu senggangmu, dan itu sangat mudah pastinya. Tapi aku, aku bisa membuatmu menyenggangkan waktu sibukmu hanya untuk menemaniku. Dan aku sangat bangga akan itu. Aku merasa menang.
Terimakasih untuk waktu berhargamu.

Sudah cukupkah sabar dan sadarku? Kurasa belum. Kadang aku masih mengedepankan egoisku. Masih banyak hari yang harus aku hiasi dengan sabar dan sadar yang lebih tinggi lagi dosisnya.
Yang aku takutkan, aku akan over dosis.  Aku takut kalau suatu saat nanti hidupku terlalu penuh dengan sabar dan sadar, aku takut kalau suatu hari nanti diriku tak mampu untuk menampung sabar dan sadar yang lebih besar. Aku takut kalau semua itu terjadi maka egoisku akan menjadi pengendali utama. Aku takut egoisku akan membuatmu marah. Aku takut membuatmu marah hingga kamu akhirnya meninggalkanku. Aku takut kamu meninggalkanku dan tak kembali lagi padaku. Aku takut kehilanganmu.

Komentar

Sedang Populer

Ketika...

Ketika aku harus pergi.... Langkahku kaku, tulangku beku. Terpaku dalam sebuah lagu, ragu. Pekat dan kelabu, semua mengoyak batinku. Ingin kuubah kosong menjadi isi, tapi wadah berlubang terlalu besar. Ingin aku terus bernyanyi, namun hati tak boleh ingkar. Ketika aku harus melangkah.... Semua terasa pilu sudah. Haruskah aku mengalah? Tapi aku tak ingin menyerah! Ini awal, sayang bukan akhir dari segalanya. Biar kita menderita, sejenak saja. Lalu bahagia untuk selamanya. Ketika kamu tak rela jua.... Menangislah, sayang! Menangislah dalam lambaian. Ucapkan selamat jalan, diguyur hujan. Semua memang terlalu cepat, dan terasa sangat berat. Pejamkan matamu, dan bermimpilah! Aku akan hadir tanpa satupun pengganggu. Ketika kamu mulai menerima.... Bukalah matamu, sambut harimu dan berbahagialah. Seperti sedia kala. Aku akan segera hadir disisimu, pasti! Semua akan terasa singkat, seperti se

Sweater Hijau Kakakku

Introducing Me   Aku Zie, gadis tujuh tahun yang telah merasakan menjadi seorang tahanan. Bukan Tahanan sungguhan, karena aku anak baik-baik yang melakukan hal-hal baik dan dituntut agar selalu mematuhi peraturan.   Ayahku adalah jenderal besar kemiliteran Angkatan Darat di negaraku yang menjunjung tinggi hukum tapi selalu dihujani dengan berita pelanggaran hukum setiap harinya. Ayah adalah orang baik. Tapi kenapa pria baik seperti Ayah memiliki banyak musuh?   Dulu Ibu pernah bilang, kalau aku harus dijaga setiap saat. Kemudian, hidupku semakin tak bebas saat itu. Aku selalu dikawal oleh dua orang bawahan Ayah. Ayah memanggil mereka dengan sebutan Sersan Adi dan Sersan Indra. Rasanya seperti tahanan, setiap saat dalam pengawasan.   Sedangkan kakak sulungku, Arya, tinggal di New York sejak usianya enam tahun dan sudah tujuh tahun Abang tinggal disana bersama Opa dan Oma. Abang pergi saat usiaku satu tahun dan aku hampir lupa wajah Abang. Hanya sesekali Abang pulang saat libu

INTERMEZO

Aku kalut, saat itu keadaan diluar kendaliku. Mungkin saat itu aku hanya merasa kasihan padamu atas semua ceritamu, tentang kekasihmu yang teramat sibuk. Dan kau yang selalu datang padaku, menemani hari-hariku, menjadi sebuah santapan rutin bagiku... yang setiap hari harus ku konsumsi. Karena jika tidak aku merasa sepi. Sangat sepi sekali. Dan kau membuatku berharap lebih, dengan membawa seribu warna cerah, menyenandungkan berjuta puisi indah dan lagu-lagu tentang cinta. Bagaimana aku bisa lari darimu? Dari berpilin-pilin rayuan manis bibirmu, dimanjakan olehmu dan cokelat-cokelat manis kirimanmu. Bagaimana bisa aku menolak semua itu, disaat aku benar-benar membuthkannya..., membutuhkanmu. Seorang gadis datang padaku, menangis dihadapanku. Dia memohon agar aku tidak mengganggumu dan berhenti mendekatimu. Apa selama ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku? Dan bukankah kau yang selalu mendekatiku saat itu. Dan kau mulai berkelit lagi seribu janji, memohon aku untuk