Langsung ke konten utama

Wattpad

Sahabat

Kadang ingin selalu menjadi orang nomor satu dalam hidupmu, tanpa harus menghapus prioritas keluarga atau pasanganmu. Ingin selalu menjadi bagian dari hari-hari istimewa-mu... saat ulang tahun-mu, saat pernikahanmu, saat kenaikan jabatan karirmu. Selalu ingin menjadi bagian dalam sedihmu, lukamu, deritamu. Selalu ingin menjadi matari yang menghangatkan  dan menyediakan bahu untuk kamu bersndar.
Tak perlu khawatir aku melupakan ulang tahunmu, karena sekalipun media sosial tidak mengingatkanku, ataupun tiada tag pada kalender-ku, aku akan selalu ingat untuk menyiapkan hadiah jauh sebelum hari itu tiba. Tan pada hari-nya, sebuah kejutan kecil jika aku mampu, atau sekedar ucapan dengan sekelumit doa-ku untukmu.
Tidak perlu kau jelaskan saat kau menderita. Dari setiap status media sosial-mu, dari gerak-gerik dan bahkan tatapan dan cara kamu berbicara padaku sudah cukup untukku mengerti bahwa kau butuh bahuku untuku bersandar.

Tapi dimana kamu saat hari-ku tiba?
Aku tidak berharap kau balas semua hadiah ulang tahun atau semua pesta kejutan itu. Aku tidak berharap apapun. Ya, kamu tidak pernah melupakan hari istimewa-ku karena banyak media yang akan memperingatimu akan hari itu. Aku sangat berterimakasih atas semua doa dan harapanmu di hari bahagia-ku. Tapi kadang aku merasa sakit. Dapatkah suatu saat dalam hidupku, aku juga merasakan hari istimewa itu? Seperti yang kuberikan padamu? Sebuah tart dengan lilin berangka umurku, atau sebuah kotak dengan warna favorite-ku berisi barang yang aku sukai. Bolehkah aku mengharapkan itu?

Dan kau yang selalu tertawa saat aku menangis. Dan kau yang selalu tiada disaat aku butuh. Dan kau yang selalu pergi disaat aku memanggilmu.
Ya, dunia ini adalah milikmu! Dan aku adalah tempat pembuangan cerita-mu. Dan aku adalah Sang Pemikir yang harus menyelesaikan masalahmu. Tanpa kau tahu tentang kehidupanku.

Dan aku hanyalah aku dan hidupku tanpa adanya kamu!

Komentar

Sedang Populer

Ketika...

Ketika aku harus pergi.... Langkahku kaku, tulangku beku. Terpaku dalam sebuah lagu, ragu. Pekat dan kelabu, semua mengoyak batinku. Ingin kuubah kosong menjadi isi, tapi wadah berlubang terlalu besar. Ingin aku terus bernyanyi, namun hati tak boleh ingkar. Ketika aku harus melangkah.... Semua terasa pilu sudah. Haruskah aku mengalah? Tapi aku tak ingin menyerah! Ini awal, sayang bukan akhir dari segalanya. Biar kita menderita, sejenak saja. Lalu bahagia untuk selamanya. Ketika kamu tak rela jua.... Menangislah, sayang! Menangislah dalam lambaian. Ucapkan selamat jalan, diguyur hujan. Semua memang terlalu cepat, dan terasa sangat berat. Pejamkan matamu, dan bermimpilah! Aku akan hadir tanpa satupun pengganggu. Ketika kamu mulai menerima.... Bukalah matamu, sambut harimu dan berbahagialah. Seperti sedia kala. Aku akan segera hadir disisimu, pasti! Semua akan terasa singkat, seperti se

Sweater Hijau Kakakku

Introducing Me   Aku Zie, gadis tujuh tahun yang telah merasakan menjadi seorang tahanan. Bukan Tahanan sungguhan, karena aku anak baik-baik yang melakukan hal-hal baik dan dituntut agar selalu mematuhi peraturan.   Ayahku adalah jenderal besar kemiliteran Angkatan Darat di negaraku yang menjunjung tinggi hukum tapi selalu dihujani dengan berita pelanggaran hukum setiap harinya. Ayah adalah orang baik. Tapi kenapa pria baik seperti Ayah memiliki banyak musuh?   Dulu Ibu pernah bilang, kalau aku harus dijaga setiap saat. Kemudian, hidupku semakin tak bebas saat itu. Aku selalu dikawal oleh dua orang bawahan Ayah. Ayah memanggil mereka dengan sebutan Sersan Adi dan Sersan Indra. Rasanya seperti tahanan, setiap saat dalam pengawasan.   Sedangkan kakak sulungku, Arya, tinggal di New York sejak usianya enam tahun dan sudah tujuh tahun Abang tinggal disana bersama Opa dan Oma. Abang pergi saat usiaku satu tahun dan aku hampir lupa wajah Abang. Hanya sesekali Abang pulang saat libu

INTERMEZO

Aku kalut, saat itu keadaan diluar kendaliku. Mungkin saat itu aku hanya merasa kasihan padamu atas semua ceritamu, tentang kekasihmu yang teramat sibuk. Dan kau yang selalu datang padaku, menemani hari-hariku, menjadi sebuah santapan rutin bagiku... yang setiap hari harus ku konsumsi. Karena jika tidak aku merasa sepi. Sangat sepi sekali. Dan kau membuatku berharap lebih, dengan membawa seribu warna cerah, menyenandungkan berjuta puisi indah dan lagu-lagu tentang cinta. Bagaimana aku bisa lari darimu? Dari berpilin-pilin rayuan manis bibirmu, dimanjakan olehmu dan cokelat-cokelat manis kirimanmu. Bagaimana bisa aku menolak semua itu, disaat aku benar-benar membuthkannya..., membutuhkanmu. Seorang gadis datang padaku, menangis dihadapanku. Dia memohon agar aku tidak mengganggumu dan berhenti mendekatimu. Apa selama ini kau merasa terganggu dengan kehadiranku? Dan bukankah kau yang selalu mendekatiku saat itu. Dan kau mulai berkelit lagi seribu janji, memohon aku untuk